Ketika fotografer amatir Robert Mikaelyan keluar untuk mengambil foto pabrik gula tua di Belanda pada hari Selasa, ia memotret sebuah object yang langka: bola api besar meledak di langit.
Ratusan orang di Belanda dan Jerman melaporkan melihat bola api melesat di langit ,senja hari sekitar pukul 7 waktu setempat pada tanggal 13 Oktober.
Mikaelyan berhasil memotret beberapa gambar dari bola api yang meluncur rendah di atas kota utara Groningen dan pecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
"Aku tiba-tiba melihat cahaya di langit datang begitu cepat ... dan cepat-cepat mengambil gambar," kata Mikaelyan melalui email.
Ratusan orang di Belanda dan Jerman melaporkan melihat bola api melesat di langit ,senja hari sekitar pukul 7 waktu setempat pada tanggal 13 Oktober.
Mikaelyan berhasil memotret beberapa gambar dari bola api yang meluncur rendah di atas kota utara Groningen dan pecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
"Aku tiba-tiba melihat cahaya di langit datang begitu cepat ... dan cepat-cepat mengambil gambar," kata Mikaelyan melalui email.
Beberapa detik setelah bola api terlihat, saksi mendengar sonic boom diikuti oleh gemuruh rendah yang mengguncangkan dan memecahkan jendela,yang menunjukkan tingkat ketinggian dari ledakan tersebut.
Object ini kemungkinan besar adalah salah satu kepingan dari batu meteor yang hancur setelah menghantam atmosfer bumi, kata para ahli, yang berspekulasi tentang kemungkinan potongan-potongan dari meteor yang mendarat di Laut Utara
"Memang itu adalah peristiwa besar," kata Theo Jurriens, dari Institut Astronomi Kapteyn di University of Groningen.
Bumi terus-menerus dibombardir oleh puing-puing yang kecil dari komet, asteroid, dan bahkan planet berbatu lain dalam sistem tata surya. Tapi bola api seperti ini, melihat dari ukuran dan kecerahannya mungkin terlihat di mana pun di seluruh bagian dunia setiap 20 sampai 25 tahun, Jurriens perkiraan.
Bagi fotografer Mikaelyan, "hal yang sangat istimewa untuk dilihat, terutama cahayanya dan kecepatannya."
"Memang itu adalah peristiwa besar," kata Theo Jurriens, dari Institut Astronomi Kapteyn di University of Groningen.
Bumi terus-menerus dibombardir oleh puing-puing yang kecil dari komet, asteroid, dan bahkan planet berbatu lain dalam sistem tata surya. Tapi bola api seperti ini, melihat dari ukuran dan kecerahannya mungkin terlihat di mana pun di seluruh bagian dunia setiap 20 sampai 25 tahun, Jurriens perkiraan.
Bagi fotografer Mikaelyan, "hal yang sangat istimewa untuk dilihat, terutama cahayanya dan kecepatannya."
Sumber : national geographic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar