Alasan kenapa tidak ada crop circle di Indonesia

Sering saya mendengar pertanyaan tentang kenapa di Indonesia tidak pernah ada crop circle ?

Ya..kenapa...? Saya pun pernah memiliki pertanyaan seperti itu......Yang akhirnya membuat saya ingin sedikit meriset jawaban tentang pertanyaan tersebut.

Sebelum membahas lebih jauh saya akan memberi gambaran tentang ciri-ciri tempat yang memungkinkan untuk crop circle bisa dibuat...

1. Kanvas melukis harus tebal, yang memungkinkan untuk memberi efek 2 dimensi atau 3 dimensi yang artinya tanaman tersebut harus memiliki tinggi yang sesuai...

2. Areal atau bidang harus luas....

3. Areal tersebut harus rata sehingga bisa menghasilkan crop circle yang sempurna jika dilihat dari atas...

4. Jauh dari pemukiman , sehingga tidak ada kemungkinan orang mengintip cara kerja mereka ( inilah kunci sukses rahasia dapur mereka yang menjadikannya tetap misterius )

Teman saya Enigma di salah satu jawaban komen dari pembacanya menyatakan " mungkin pernah ada tetapi petani tidak pernah mendokumentasikan hal tersebut " saya setuju dengan jawaban teman saya tersebut karena hal yang pasti di Indonesia ( karena saya pun lahir dan hingga sekarang pun tinggal di  desa ) para petani kita bukan seperti para petani diluar negeri. Petani ditempat saya begitu pergi ke sawah dan melihat tanaman padinya rubuh segera menegakkannya kembali dengan memberi tali yang ditarik lurus dan diikat pada tanaman yang lain.Dan di Indonesia jarang atau bahkan hampir tidak ada namanya penerbangan pribadi untuk menyiram pupuk seperti di luar negeri yang juga bisa dijadikan alat transportasi dokumentasi crop circle dari angkasa( buru-buru menyiram pupuk pakai pesawat...wong untuk beli pupuk saja petani Indonesia harus ngutang....)

Hal yang perlu diingat lagi crop circle tidak pernah mampir di areal persawahan yang menanam padi....tetapi mampir ke tempat saudaranya yaitu persawahan yang ditanami gandum dan jagung....

Tanaman padi memiliki ketinggian hanya sekitar 50 - 60 cm itupun dari jenis beras ketan yang bisa mencapai ketinggian seperti itu..sedangkan untuk gandum mencapai 80 - 100 cm dan jagung bisa mencapai 2 meter..(kalau tebu...? wahh...rasanya para pembuat crop circle ini belum punya alat untuk membengkokkan tebu yang keras tersebut) yang tampaknya kurang cocok bagi crop circle maker karena menurut mereka mungkin kanvas dengan ketinggian seperti itu terlalu tipis hingga tidak bisa menghasilkan crop circle yang baik seperti crop circle 3 dimensi misalnya...

Kemudian dari areal persawahan, di Indonesia banyak menggunakan areal persawahan terasiring yang memudahkan petani untuk mengairi sawahnya, dengan sistem ini maka sawah akan bersab-sab turun kebawah berbentuk seperti undakan yang akan menyulitkan para pembuat crop circle yang notabene hasil karyanya memerlukan bidang luas yang rata sehingga bisa dilihat dari atas seperti sebuah lukisan maha karya....

Satu lagi , kalau anda mengamati sawah di Indonesia anda pasti membayangkan berjalan dipematang sawah dan menikmati hijaunya sawah juga menghirup udara segar.....

Ya..."pematang sawah"....ini juga penghambat pembuat crop circle...coba anda amati sawah orang Inggris yang jadi tempat nongkrong para pelukis crop circle....there is no "pematang sawah"...!!!cuma beberapa lajur kosong yang tidak ditanami dan sebagai jalur penyiraman yang memakai kendaraan bukan seperti di Indonesia yang pakai sistem pengairan terasiring.....yang menjadikan sawah becek sehingga kurang cocok untuk membuat crop circle.

Dan pematang-pematang sawah tersebut paling lebar tidak mencapai 50 meter yang membuatnya sulit untuk melukis dengan bidang yang sempit...sedangkan crop circle biasanya memerlukan area yang lebih luas dari itu.Seperti areal persawahan di Inggris yang mencapai berhektar-hektar dan rata seperti lapangan sepak bola...

Di Indonesia petani tidak memiliki keseragam bercocok tanam, swah yang satu menanam padi yang disebelah menanam jagung tetangganya bisa menanam ganja...sehingga sulit untuk mendapatkan areal sawah yang murni hanya ditanami tanaman sejenis....

Ditempat saya saya areal persawahan sudah berkurang jauh, kebanyakan sudah berubah menjadi perumahan malah didesa tetangga sudah menjadi padang golf....ini membuat pembuat crop circle malas untuk membuatnya di Indonesia...karena takut metode pembuatannya ditiru oleh para penduduk Indonesia yang semakin hari semakin gila kepingin terkenal dan masuk TV....

Petani Indonesia jam 5 pagi sudah standby bersama cangkulnya disawah membuat jam para pembuat crop circle ini berkurang belum lagi tiap malam para ulu-ulu atau tukang mengairi sawah keliling untuk membuka aliran air sawah bergiliran....lalu nongkrong di gubuk sambil menghisap rokok dan minum kopi...

Ya itulah sekilas pandangan saya kenapa di Indonesia hampir atau tidak pernah nongol yang namanya crop circle..semoga artikel sederhana ini menghentikan atau setidaknya menghambat pertanyaan tentang " kenapa di Indonesia tidak ada crop circle?"