Minggu, 18 Oktober 2009

Tikus raksasa

Seorang ahli biologi dari Smithsonian Institution, yang bekerja sama dengan Natural History Unit of the British Broadcasting Corp., telah menemukan spesies baru dari tikus raksasa saat pembuatan film ekspedisi ke sebuah hutan terpencil di Papua New Guinea.



Penemuan ini terletak di kawah gunung berapi yang telah mati bernama Gunung Bosavi di  provinsi Southern Highlands Papua New Guinea . Kawah gunung berapi ini memiliki lingkaran  2,5 mil lebarnya dan berpagar dengan dinding batu yang mencapai satu-setengah mil tingginya, menjadikan makhluk-makhluk pegunungan hutan hujan yang tinggal di dalamnya laksana cerita "the lost world" dan  mungkin sangat jarang dikunjungi oleh manusia.



Kristofer Helgen, kurator mamalia di Smithsonian's National Museum of Natural History di Washington, DC, dan Muse Opiang, ahli biologi  Papua Nugini Institute of Biological Research, adalah yang pertama kali melihat ketika tikus itu ditemukan oleh pemandu mereka dari suku Kasua  yang tinggal di luar kawah.



Beratnya in di hampir  3,5 pound atau 1,31 Kg, dan panjang 32 inci atau 81,2 cm dari ujung hidung hingga ke ekor, Bosavi atau tikus berbulu ini  adalah salah satu tikus terbesar di dunia. Yang paling mengejutkan adalah, tikus ini benar-benar jinak, tanda bahwa binatang yang hidup di kawah terisolasi ini  tidak terbiasa dengan manusia. "Ini adalah tikus sejati, sangat terkait erat dengan tikus kebanyakan yang kita kenal, tetapi jauh lebih besar," kata Helgen.



Tikus raksasa ini berwarna abu-abu keperakan, dengan bulu wol  yang tebal. Termasuk binatang vegetarian yang memakan daun dan akar, dan mungkin membangun sarangnya di bawah tanah , di bawah batu dan akar-akar pohon. Anggota dari genus Mallomys, itu belum mendapat nama ilmiah.



Penemuan ini terjadi di tengah malam setelah berhari-hari mencari di kawah hutan hujan pegunungan yang dingin, dan seiringnya hujan lebat. "Seakan leher kami tercekik," Helgen berkata, "itu adalah saat yang luar biasa. Semua itu semakin luar biasa bahwa BBC ada di sana untuk mendokumentasinya."
"Sebagai ahli biologi, kami biasa menghabiskan waktu dengan  kedinginan, melewati hujan berlumpur di malam hari ", Opiang berkata, "tapi jarang bisa kita mengharapkan sesuatu seperti ini!"



New Guinea sangat terkenal dengan keanekaragaman hewan pengerat. Lebih dari 70 jenis tikus dan cecurut (Cecurut, keluarga hewan pengerat) dapat ditemukan di pulau tropis, beberapa di antaranya telah dinamai sebagai spesies baru di masa lalu oleh Helgen.



Seiring dengan ditemukannya spesies baru tikus raksasa, ekspedisi juga menemukan sekitar 16 spesies katak, satu spesies dari gecko, tiga spesies ikan, dan sedikitnya 20 spesies serangga dan laba-laba. Juga pada daftar binatang ini Helgen menyebut kuskus sutra Bosavi , yang mungkin menjadi subspesies baru hewan berkantung yang hidup dipohon. Hewan-yang terlihat seperti beruang kecil ini adalah marsupial yang memakan buah-buahan dan daun. Beratnyasekitar 5 kilogram, ia memiliki bulu halus lebat beradaptasi untuk lingkungan gunung. "Menemukan binatang seperti ini untuk pertama kalinya pada abad ke-21 tentunya harus dirayakan" kata Opiang.



Habitat hutan hujan kawah gunung Bosavi  saat ini masih murni, tapi terancam oleh penebangan luas secara liar yang dilakukan hanya beberapa mil ke selatan. "Penemuan seperti ini seharusnya mengingatkan kita betapa banyak sisi di dunia yang masih tersisa untuk dieksplorasi," Helgen menjelaskan, "dan juga berapa banyak yang mulai hilang ketika hutan hujan terancam musnah."
Sumber : http://smithsonianscience.org
               www.bbc.co.uk

1 komentar:

Pengikut