Kamis, 07 Januari 2010

Ekspedisi akhir tahun ( bagian 3 )

Setelah puas bercengkrama dengan para penambang belerang yang sedang asyik mengejar cita-citanya untuk membuat jalan dari Tretes langsung ke puncak Welirang, kami mendapat kehormatan untuk menginap di salah satu gubuk dari para penambang belerang. Perjalanan ke pemukiman para penambang belerang hanya memakan waktu lima menit dari pertemuan dengan pekerja-pekerja tadi....
Dalam perjalanan sempat pula kami berpapasan dengan para pendaki lain yang berasal dari luar daerah yang setelah saya tanyai mengaku dari Jakarta dan berasal dari klub pecinta alam salah satu produsen motor terbesar di Indonesia, mereka berjumlah 38 orang yang mengaku telah mendaki 2 gunung sekaligus yaitu gunung Arjuna dan gunung Welirang hanya dalam hitungan jam.....!! ( BULLSHIT.........mengingat jarak tempuh dan sulitnya medan serta derasnya guyuran air hujan belum lagi banyaknya peserta membuat saya pengen muntah mendengar bualan konyol kampungan dari orang yang ngakunya orang kota...masa, naik ke puncak Arjuna cuma ditempuh dalam 4 jam...?padahal saya sendiri sebagai warga lokal dan hapal betul jalur pendakian memerlukan waktu hampir 8 jam..!!...next time kalau mau bohong tolong sama anak kecil saja dan jangan bohong sama Mbahware....).
Well....inilah beberapa gambar dari perkampungan di atas gunung yang memiliki altitude sekitar 2000 meter di atas permukaan air laut.....






Penat yang terasa seakan hilang terbayar dengan nuansa suku pedalaman melihat bentuk gubuk-gubuk para penambang belerang tersebut...memang suasana dan kondisinya berubah bila di bandingkan dengan 18 tahun yang lalu, gubuk-gubuk dulu nampak lebih besar dan tidak sampai lebih dari 10 buah jumlahnya....sekarang telah berdiri kurang lebih 20 hingga 30 buah gubuk-gubuk yang berukuran lebih kecil....
Begitu saja kami menuju gubuk yang di tunjukkan oleh para penambang belerang, hembusan kabut berubah menjadi tetesan-tetesan air hujan yang segera menyirami bumi tempat kami berpijak....
Didalam gubuk beratap jerami, saya sejenak merenung, betapa besarnya pengorbanan para lelaki-lelaki penambang belerang ini yang sanggup meninggalkan anak istri mereka dan tinggal di atas gunung yang dingin dan sepi jauh dari hingar bingar perkotaan, indahnya peradaban dan senda tawa anak istri mereka....demi mengais sisa rejeki dari Tuhan yang kebanyakan di rampok para penguasa dan segelintir orang-orang yang berhati nurani rendah....
Sahabat saya menyarankan untuk menghindari dinginnya malam lebih baik segera memasang tenda di dalam gubuk, mungkin secara pribadi saya kurang sependapat mengingat daya tahan tubuh saya terhadap dingin yang lumayan ( bagaimana tidak, tubuh saya segede kingkong tapi takut kedinginan, kan aneh...?). Akhirnya saya menyetujui usulan tersebut demi kebaikan rekan satu tim lainnya...

Malam mulai merangkak, hujan yang tadi deras menyirami bumi kini pergi menjatuhkan air kehidupannya di sisi bumi yang lain....suara para penambang belerang yang saling bercanda terdengar bagaikan sekumpulan anak kecil yang sedang bermain gembira, mungkin begitulah cara mereka melepaskan lelah dan kerinduan akan sanak keluarga di rumah. Kami pun ikut larut dalam suasana malam itu, hingga akhirnya kelopak mata ini seakan terlalu manja dan meminta otak segera memerintah kaki untuk memasuki gubuk dan merebahkan tubuh-tubuh yang mulai lelah oleh dinginnya malam gunung Welirang......




Fajar menyinsing, saat mata terbuka suara para penambang telah hilang, mungkin mereka telah bekerja kembali meneruskan pembuatan jalan di bawah bukit, segera kami berkemas, dan segera menyiapkan sarapan pagi untuk memberi tenaga dan semangat. Bahkan sahabat setia saya menyempatkan untuk mempertajam parang kesayangannya, mengingat selepas dari pemukiman penambang belerang hingga puncak adalah wilayah yang sama sekali bukan untuk komunitas manusia.



Jam telah menunjukkan pukul 9.00 am waktu untuk pendakian ke puncak Welirang telah tiba, kabut tipis mulai menyelimuti kembali 3 petualang, suara gemuruh petir melolong di kejauhan.....4 jam selanjutnya adalah hal terberat yang akan kami lalui dengan langkah yang pasti dan dengan tekad membaja...
Dan inilah pose terakhir kami di pondok para penambang belerang sebelum episode dari ekspedisi perjalanan Mbahware di akhir tahun berlanjut......



1 komentar:

Pengikut