Jumat, 08 Januari 2010

Ekspedisi akhir tahun ( bagian 4 )

Langkah pertama terasa berat setelah meninggalkan gubuk-gubuk kecil yang mulai nampak jauh di bawah, namun perjalanan harus tetap berlanjut...
15 menit berjalan kaki melewati padang datar seakan membuat lupa bahwa jalanan terjal didepan masih menanti. Tawa dan canda dari rekan satu tim menunjukkan semangat mereka dalam ekspedisi ini masih membara, entah mungkin karena masih belum mendapat halangan dan rintangan yang berarti...
Sebuah jurang kecil telah menghadang kami didepan, dan jalanan setapak curam yang ada mungkin dulunya bekas aliran air sungai yang mengalir dari puncak dan lereng gunung, mau apalagi terpaksa kami pun harus mendakinya, dan perjalanan berat ke puncak mulai bermula.


Setiap sepuluh langkah kami harus berhenti untuk mengatur nafas yang ngos-ngosan dan tetap dengan tangan memegang bebatuan agar kami tidak terbanting jatuh ke dalam jurang. Beberapa meter di depan kami sebuah pakis besar berdiri seakan mengawasi kami yang dengan susah payah harus mendaki jurang kecil tersebut.
Selama perjalanan , baru sekali ini saya menjumpai pakis sebesar ini yang masih tersisa di alam bebas ( kebanyakan malah saya temukan di kebun-kebun dalam rumah orang yang berduit lebih, yang didapat dari para penjual tanaman hias yang celakanya mendapatkan dari para perusak hutan yang secara paksa mendongkel habis tanaman pakis dari hutan dan gunung seperti yang saya temukan ini ).

 
Padahal diperlukan lebih dari 20 tahun bagi tanaman pakis untuk mencapai diameter seperti gambar di atas, dan ini adalah gambar saat pakis berumur 2-3 bulan....


Perjalanan masih berlanjut, setelah melewati jurang kecil kami mulai melewati sebuah lembah yang penuh dengan pohon pinus yang juga masih berwarna hitam akibat sambaran api dari kebakaran hutan bulan kemarau kemarin. Tanah berwarna hitam legam menunjukkan betapa banyaknya tanah humus yang ada. Saat saya menoleh ke sudut pandang di lereng sisi yang lain saya menemukan sebuah bekas longsoran tanah yang cukup menarik, saya dekati dan amati begitu nampak jelas struktur lapisan tanah yang seakan seperti sebuah wafer renyah berlapis coklat tebal ( wakakaka...).


Anda lihat...? dilapisan terbawah adalah tanah liat atau lempung yang berwarna merah kecoklatan dilapisan atasnya terlihat sedikit abu-abu yang bisa di pastikan adalah bekas abu vulkanik atau jatuhan piroklastik sisa letusan gunung Welirang masa lampau sedang warna seperti tembaga atau agak berkarat diatasnya bisa dikatakan bahwa tanah ini sedikit banyak mengandung ferum dan mangan dan lapisan berwarna kuning seperti keju swiss itu mungkin endapan sulfur dan terakhir lapisan coklat luarnya adalah lapisan tanah golongan organik yang berarti penuh dengan humus. Saya rasa cukup dulu belajar ilmu geologinya dan kita teruskan dengan perjalanan naik ke puncak Welirang....



Perjalanan semakin berat, lembah itu habis, berujung tanjakan naik lereng terjal....sebelum tanjakan di mulai saya dan tim disambut dengan bebatuan besar dengan ukuran yang sangat besar berdiameter seperti sebuah truk pengangkut kontainer atau mungkin seukuran busway...yang setelah saya teliti sedikit berjenis andesit dan merupakan batuan igneus dan hasil dari pendinginan magma.


Batu-batu dari jenis inilah yang sering di gunakan oleh orang-orang jaman dulu untuk pembuatan candi-candi, mengingat batuan ini keras dan padat selain itu dengan pengetahuannya orang jaman dulu mengetahui bahwa batu ini lebih tahan terhadap erosi air atau angin mengingat kepadatan struktur batuan jenis ini. Sebagai perbandingan dibawah ini adalah juga batuan gunung yang saya ambil gambarnya dalam ekspedisi saya beberapa bulan lalu yang berasal dari daerah Lawang  di lereng gunung Arjuna.


Gambar batuan diatas adalah batuan sedimen yang jauh berbeda dengan yang berada di lereng Welirang...
Wah...jadi ngelantur kaya pak guru...wakakakaka...
So ...kita teruskan saja perjalanan kita. Udara semakin menipis seiring dengan menipisnya juga tanaman di sekitar puncak Welirang, kali ini bukan karena pembakaran hutan tetapi memang dengan ketinggian diatas 2500 meter diatas permukaan air laut tanaman semakin kerdil.
Nah disinilah kecelakaan kecil itu terjadi....saya terlalu sibuk dengan pikiran tentang batuan dan tanah sehingga saya lengah, batuan jalanan di lereng Welirang ini sudah banyak yang lepas dari tempatnya, dan tanpa sengaja sebuah batu tempat pijakan saya,yang saya anggap cukup kokoh ternyata melorot turun, saya hampir saja terjerembab jatuh kebelakang dengan batu besar pijakan tadi menghantam tulang kering  kaki sebelah kanan saya. Beruntunglah saya masih sigap dengan cepat berpegang pada sebuah batu besar yang menonjol disisi kanan kiri saya. Batu besar itu berhenti setelah asyik berguling 2 meter kebawah dan telah mememarkan tulang kering yang terasa sedikit ngilu...( advice bagi anda semua....jangan sekali-kali lengah dalam pendakian gunung biarpun itu jalur yang aman sekalipun ).
Nah inilah gambar jalanan lereng yang telah membuat kaki Mbahware bengkak......


Puncak Welirang sudah mulai didepan mata....entah apa yang menyambut saya beberapa ratus meter lagi.....



5 komentar:

  1. Sepertinya mbah ware ini punya latar belakang arkeologi ya. atau geologi. hehe. sepertinya kenal sekali sama kondisi tanah dan batu-batuan.

    BalasHapus
  2. hahahaha....ehhhmmm...kayaknya sih begitu...wakakaka...anda pinter nebak bro....

    BalasHapus
  3. wah pemandangan2 ny indah bener,pasti udaranya sejuk.
    bro mbah ware, tolong dong d kasih tau perbekalannya ap aj klo mo ekspedisi. soalnya saya juga tertarik dg pencinta alam yg kek mendaki gunung gtu. trus juga saya pengen tau bro pake kamera jenis ap. hanya tuk sekedar koleksi dr gambar2 pemandangan yg indah. soalnya saya hanya pake kamera hape,kurang nampol kek ny.

    BalasHapus
  4. @anonim: perlengkapan utamanya logistik,makanan adalah utama terutama kalau anda bukan ahli survival,lalu pakaian hangat seperlunya..tenda kalau anda takut kehujanan,dan mental harus betul-betul siap,anda tidak boleh cepat panik.dan berbungkus-bungkus rokok...(hehehehe). kalau soal kamera sih tergantung...saya juga sering pakai kamera hp...kalau mau bagus ya yang bermega-mega pixel....

    BalasHapus
  5. Hebat... jempol tiga harus ku acung kan... jempol satu nya nyusul masih terlambat...

    BalasHapus

Pengikut