Setelah membulatkan tekad dan mengambil nafas panjang berkali-kali ( ingat mrcostello yang mengingatkan saya untuk tidak merokok mulu...wakakakaka). Saya berjalan perlahan menaiki lereng kurang lebih 20 meter yang pada saat tikungan berikutnya saya dikejutkan dengan apa yang tersaji didepan mata.....tumpukan belerang yang disusun rapi dan belum diangkut kebawah...( melihat banyaknya tumpukan, mungkin para penambang belerang ini belum sempat mengangkutnya ke bawah karena disibukkan dengan pembuatan jalan atau memang mereka agak takut mengangkut pada saat hujan seperti ini...).
Bau belerang seakan memenuhi udara dan oksigen yang saya hirup terkontaminasi berat dengan asap sulfur ini, bahkan tanpa perlu memakan cabai yang super pedas pun hidung saya mulai mengalirkan ingus yang mengalir deras seperti aliran sungai saat banjir tiba...( entah karena asap belerang atau dinginnya udara, bahkan jari tangan saya mulai sulit untuk digerakkan..).
Sulfur : atau Belerang adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Didepan saya yang nampak bukan jalan lagi melainkan tebing yang menanjak tajam penuh dengan butiran kristal berwarna kuning, batu berubah seperti bongkahan semen yang lama terbuka dari kantongnya....terasa kasar dan keras tetapi mudah pecah jika kita terlalu kuat memijaknya.....
Saya merasa seperti idiot saat menoleh kebelakang dan memanggil teman satu tim yang tentu saja tidak bisa mendengar saya...( saya memaki habis diri saya sendiri dalam hati...Mbahware...this time you are alone...).
Tebing yang saya lalui gelap penuh kabut asap belerang, dan diselingi suara guntur dikejauhan...( i feel like Frodo yang mau membuang cincin ke kawah Mountdoom......).
Saya tersentak mendengar suara yang lain, jelas itu bukan suara gemuruh petir, saya kebingungan....suara itu seperti suara naga yang hendak menyemburkan api seperti di film Reign of Fire....akhirnya saya menemukan asal suara tersebut...kurang lebih sepuluh meter diatas saya nampak asap yang keluar seperti asap ketel uap yang berasal dari kawah belerang yang terbuka...rasa takut saya akhirnya dikalahkan oleh keingintahuan yang dalam, tetapi untuk naik keatas sangat susah sekali...karena saya hampir tidak bisa menemukan tempat berpijak atau berpegangan....dan posisinya yang curam mendekati 70 derajat memaksa saya harus memanjat merayap seperti Spiderman.
Dengan berhati-hati saya mendekati kawah yang berbunyi keras tersebut, udara dingin berubah seketika seperti saya memasuki area mandi sauna yang panas ( tetapi ini beraroma belerang bro bukan aroma therapy..). Kawah - kawah ini ternyata kecil saja, berdiameter sekitar 30 - 70 centimeter, tetapi suara yang ditimbulkan sangat menakutkan siapa saja yang mendengar, apalagi pada saat itu saya hanya seorang diri...what a fool...
Mata ini menatap puncak yang hanya tinggal 50 meter lagi di atas tempat saya berpijak....sedikit gemetar juga kaki saya mengingat sulitnya saya berdiri dengan setengah merayap. Saya mencoba mengambil gambar yang lain disinilah saat saya mengalami kesialan yang kedua....kamera digital mungil saya ngadat seperti kehabisan baterei...terpaksa saya harus mengganti baterei alkaline dengan posisi sulit seperti itu....baterei pertama telah masuk kelubangnya...pada saat saya mencoba memasukkan batere kedua, pijakan kaki saya goyah dan saya terpereset kebawah...cadangan batere kedua terlepas dari pegangan beserta satu kantong batere yang utuh...tangan kiri saya berhasil menggapai bibir kawah belerang yang panas dan mempertahankan posisi saya agar tidak terbang kebawah seperti batere yang asyik berselancar turun meninggalkan saya ( entah berapa meter jauhnya baterei-baterei itu menuruni jurang dengan kecepatan tinggi...sempat terpikir seandainya saya yang jatuh seperti itu...pasti semua akan berkata bye-bye... Mbahware...).
Tangan kiri saya terasa panas karena saya harus memegang kawah belerang tersebut, dengan posisi terbaring dengan punggung melekat dinding tebing saya mencoba mengisi kembali baterei tersebut dengan satu baterei yang lama....( damned...).
Saya menenangkan pikiran sebentar...sempat terlintas pikiran untuk kembali...tapi sebelum mengabadikan gambar yang lebih fenomenal saya kurang puas...untung saja hp saya masih berada di kantong celana saya...terpaksa saya harus menggunakannya juga...
Saya mencoba mengambil gambar jurang dibawah kaki saya dengan kamera digital, ternyata masih bisa walau tanda empty telah muncul di layar mungilnya....
Membalikkan badan sangat sulit dengan posisi seperti itu...perlahan-lahan saya mulai merangkak naik mencari lubang kawah yang lebih besar...satu meter demi satu meter saya merayap dengan tangan kiri yang ujungnya mulai melepuh....akhirnya saya menjumpai beberapa lubang kawah belerang yang sedikit besar dengan panas yang lumayan saat uapnya menghantam wajah....
well...inilah hasilnya.....
Dan inilah sulfur waterfall yang indah........dan sempat saya upload ke National Geographic......
Setelah puas saya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan puncak Welirang untuk bergabung kembali dengan teman-teman satu tim yang menunggu di bawah....dan menikmati sebatang rokok untuk merayakan keberhasilan saya...
Wow. batu-batunya indah sekali. Puncaknya yang berkabut terlihat misterius sekali. Saya tidak bakalan heran kalau tiba-tiba seekor pterodactyl muncul dari dalam kabut. Very-very mystical.
BalasHapusWah, saya jd ikut ngrasain nih, capek, letih, begitu beratnya ekspedisi yg mbah lakukan.
BalasHapusMantap!
foto2nya jg begitu menarik.salut bwt mbah..
o iya, salam knl dr saya..
gila...!!! sampe ikut deg2an.....nayz om....
BalasHapusbtw di tinggalin ma temen gitu aja ??
sampe di bawah pada ga ada yg nyariin ??? --a