Kamis, 14 Januari 2010

Ekspedisi akhir tahun ( bagian 6 )

Akhirnya sampai juga saya dan rekan satu tim di dataran terbuka tersebut.......seukuran tanah lapang tempat anak bermain bola dikampung, dan penuh dengan pohon cantigi ( manisrejo) serta pohon Edelweis Anaphalis javanica ( kalau yang ini mulai dulu masih hapal bro Enigma....sehapal Oriza Sativa hehehehe).



Dari sini jalan mulai banyak memiliki percabangan, semua menuju ke puncak gunung Welirang dan lereng puncak sebelah Selatan yang banyak memiliki kawah baru...
Mula-mulanya saya bingung hendak memilih jalan yang mana mengingat jalur ke puncak yang pernah saya lewati 18 tahun lalu telah longsor...akhirnya rekan-rekan lebih memilih untuk menggunakan jalur baru ke arah lereng puncak sebelah Selatan...( ok....dalam hati saya...karena saya pun belum mencoba untuk sisi yang ini..)
Perjalanan pun dilanjutkan, jalanan yang rata seakan sedikit mengobati beban kaki yang sedikit terasa ngilu karena bekas hantaman batu beberapa jam sebelumnya. Hutan cantigi atau manisrejo yang lebat diselingi tanaman edelweis yang berwarna hijau kepucatan menjadikan saya merasa seperti berada di nirwana....


Kelebatannya bahkan seakan menciptakan efek lorong yang sedikit bernuansa magis, apalagi tidak terdengar sama sekali suara kecuali nafas panjang kami yang mulai teratur. Jalan disini sangat rata dan licin dan beralaskan guguran dedaunan Cantigi ( setiap menulis nama pohon ini saya tertawa, mengingat kebodohan saya dua hari mencari nama sains pohon ini....).
Udara dingin dan kabut yang menutupi hutan ini sedikit membuat ngeri perasaan saya membayangkan seandainya saja saya tersesat seorang diri disini....( mengingatkan saya nuansa hutan elf di film Lord of The Ring....). Bahkan saya sempat mengabadikan sebuah pohon manisrejo atau cantigi yang berselimut dengan lumut tebal seperti gambar di bawah ini...


Hutan yang tebal itu berganti dengan pemandangan terbuka yang sedikit mencengangkan saya melihat kecilnya jalan yang bakal kami lalui, mengingatkan saya sebelumnya tentang nasehat para penambang belerang yang mengatakan bahwa kami harus berhati-hati melewatinya mengingat sering terjadi longsornya tebing disekitar lereng kawah apalagi musim hujan seperti sekarang dan satu lagi yang masih saya ingat betul tentang nasehat jangan sampai kami terjebak hujan saat berada di puncak Welirang....


 


Kami berjalan perlahan-lahan, bukan karena kepenatan tetapi kami tidak mau kaki kami secara tidak sengaja terpeleset dan akhirnya terbang bebas melayang ke jurang di bawah yang sama sekali tidak nampak akibat tebalnya kabut...( lihat foto-foto kami semuanya bernuansa film Silent Hill ).
Meski begitu tak menipiskan semangat kami melalui jalanan tersebut, bahkan saya sempat berpose tepat di tebing yang mengalami longsor tersebut...


Tak berapa lama kami akhirnya tiba juga di lereng sebelah Selatan puncak Welirang yang hanya 200 meter lagi......

 



Disini kami beristirahat kembali, bau belerang mulai menyengat hidung seperti telur busuk, rekan-rekan saya menolak untuk melanjutkan ke puncak dengan situasi tersebut, ditambah kabut tebal dan batu besar yang memiliki kemampuan untuk longsor dan membawa kami menggelinding ke bawah...well terpaksa kami unloaded ransel kami disini dan saya memutuskan hal terbodoh dalam perjalanan ini....saya akan naik sendirian ke puncak tanpa di temani rekan-rekan....!!



1 komentar:

  1. Seharusnya foto-foto itu dijadikan buku. Pemandangannya bagus sekali. Tapi yang paling saya suka kesan misteriusnya karena adanya kabut.

    BalasHapus

Pengikut